Minggu, 28 November 2010

Namanya Nabila...

Namaku Bahr al-Ummah. Ketika SD aku bersekolah di SDN Rumpak-Sinang. Nama SD ku disesuaian dengan kampung dimana SD itu berada. Rumpak-Sinang. Aku  Biasa dipanggil Al. Tapi teman SD ku memanggilku dengan nama Edoy. Karena ketika SD, aku dan teman-temanku memiliki masing-masing nama samaran. Aku pun lupa mengapa aku memilih nama Edoy. Tapi yang jelas aku merasa sangat senang waktu itu. Karena banyak nama di sinetron memakai nama Edoy.

Setiap hari aku berangkat ke sekolah naik sepeda. Jarak dari rumah ke sekolahku kira-kira 4 km lebih. aku biasa berangkat dari rumah jam setengah 7. Karena perjalanan dari rumah ke sekolah kiira-kira stengah jam lebih, dan aku masuk jam setengah 8. Tak jarang aku terlambat sampai ke sekolah. Karena jalan yang aku lewati waktu itu masih tanah. Jadi, ban sepedaku sering macet karena dipenuhi oleh tanah. Karenanya, aku harus membersihkan tanah dari ban ku itu agar sepedaku bisa berjalan kembali. Dan itu cukup memakan waktu.

                                               ***

Ketika itu aku masih duduk di kelas empat SD. Siang itu aku baru pulang sekolah. Setelah aku telah seselai menaruh segala atribut sekolahku, aku langsung bergegas untuk main. Kebetulan waktu itu aku sudah ada janji dengan teman rumahku untuk main PS di rental. Ya sudah, aku langsung berangkat dengan sepeda kuning wim cycle dengan harga Rp650.000 kesayanganku.

Ternyata temanku sudah menunggu di rental PS. Ali namanya. Padahal nama panjangnya adalah Ilham Prasetyo, tapi  aku pun tidak tahu mengapa dia dipanggil Ali, aku pun tak pernah bertanya tentang hal itu kepadanya. Ah, ya sudah lupakan saja hal itu.

Kami langsung masuk ke dalam rental. Kebetulan ada yang kosong, jadi kami tak perlu menunggu. Kami bermain dua jam. Seperti biasa, kami game bola. Walaupun aku selalu kalah jika main dengan Ali, tapi tetap saja aku mau jika diajak main PS olehnya. Karena saat main PS lah aku serasa menjadi seorang manajer bagi klub bola kesayanganku. Liverpool FC.

Ketika kami sedang asyik main. Eh, mungkin hanya Ali yang merasa asyik main. Karena sejak pertama main dia terus yang menang. Ketika itu aku sedang melihat-lihat keluar. Tidak sengaja mataku tertuju pada seorang gadis berparas sangat cantik, berambut hitam panjang, berkaos ungu muda, dan bercelana pendek sedikit melewati lutut. Aku langsung terpesona melihatnya. Degup jantungku langsung berdebar kencang. Aku merasa hal itu merupakan obat peneduh hatiku yang kesal akibat kekalahan berturut-turut oleh si Ali sebelumnya. Tapi ada yang membuat kesenanganku terasa tidak sempurna. Saat itu dia sedang bermain dengan seorang laki-laki seumuran dengannya yang berarti seumuran juga denganku. Mereka tertawa, gembira. Membuat aku iri. Tapi aku tak peduli. Ini adalah kali pertama dalam hidupku merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Bayangkan. Kelas empat SD.

Setelah beberapa lama, si gadis tadi pulang ke rumahnya.Ternyata rumah gadis itu di depan empat rumah ke samping kiri dari rental PS. Sepulang dari rental, aku tak henti membayangkan setiap gerakan gadis yang sudah membuat hatiku berdebar tak menentu ini. Aku merasa semua menjadi indah. Aku sering tersenyum sendiri. Bertanya dalam hati siapakah gerangan dirinya. Dimanakah sekolahnya. Kalau sekarang persis dengan lirik lagu netral yang seperti ini:
                                                                
                  Cinta memang gila, Gak kenal permisi
                  Bila disengatnya, Say no to compromi

                                           ***

Setelah kejadian itu, aku jadi rajin mengajak Ali untuk main di rental PS dekat rumah gadis itu. Tidak perduli rasa kesalnya jadi pecundang karena selalu kalah. Bagiku, rasa cintaku mengalahkan semua rasa kesalku itu. Ketika disuruh pergi ke pasar oleh ibuku untuk membeli sesuatu pun aku selalu melewati jalan rumahnya dengan harapan bisa bertemu dengannya. Padahal jalan biasa dua kali lebih dekat dari jalan rumahnya menuju pasar.  Sekali lagi Aku tidak peduli. Karena aku sering lewat rumahnya itu, aku jadi tahu siapa namanya. Karena di jendela depan rumahnya ada gatungan berbentuk hati bertuliskan nama Nabila. Setelah berjalannya waktu, akhirnya aku juga tahu bahwa dia adalah teman satu sekolah dengan Ali. Bodohnya. Aku tak pernah berani bertanya tentang Nabila kepada Ali. Karena saat itu keberanianku sangat kecil dibandingkan rasa cintaku.

Dia adalah orang yang pertama kali mengajarkan kepadaku bagaimana rasanya jatuh cinta. Secara tersirat, dia juga mengajarkanku bahwa kita takkan pernah tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangan. Terima kasih Nabila, atas semua pengajaran yang telah engkau berikan kepadaku baik secara langsung, maupun tidak.

Aku akan belajar membiaskan rasa cintaku kepadamu secara perlahan. Sedikit demi sedikit. Seperti dulu. Di saat aku masih lugu. Mungkin semua ini kan cepat berakhir, semoga semua ini adalah persinggahan sementara mimpimu. Mudah-mudahan rasa itu akan kembali di saat kita bertemu dalam keadaan yang lebih baik. Baik aku maupun kau. Karena aku ingin menjadi yang halal bagimu nantinya. Terbanglah kau bersama siapapun, tapi pastikanlah kau akan kembali kepadaku.

Jumat, 19 November 2010

Ketidakwarasan Padaku

Ketidakwarasan Padaku
Membuat Bayangmu Slalu Ada
Menentramkan Malamku
Mendamaikan Tidurku

Ketidakwarsan Padaku
Membuat Hidupku Lebih Tenang
Aku Takkan Sadari
Bahwa Kau Tak Lagi Di Sini

Aku Mulai Nyaman
Berbicara Pada Dinding Kamar
Aku Takkan Tenang
Saat Sehatku Datang

Ketidakwarasan Padaku
Slimut Tebal Hati Rapuhku
Berkah Atau Kutukan
Namamu Yang Ku Sebut

Aku Mulai Nyaman
Berbicara Pada Dinding Kamar
Aku Takkan Tenang
Saat Sehatku Datang

Suara Hati Takkan Mati
Jika Jiwa Terus Menari Dan Bermimpi

Rabu, 29 September 2010

Seminar Nasional

"Dive ARTpreciation: Seni dan Apresiasi dalam Selam" adalah nama tema dari seminar nasional yang akan diadakan oleh Unit Kegiatan Selam - 387 (UKSA-387). Ini merupakan kali pertama UKSA-387 mengadakan kegiatan Seminar tingkat nasional.
Ketua panitia dalam seminar ini adalah Urfan Ridha, mahasiswa jurusan Management Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Semarang, ankatan 2009. Sang ketua merupakan anggota UKSA-387 angkatan 18 yang notabene angkatan termuda dalam keorganisasian UKSA-387. Kegiatan ini merupakan sebuah batu loncatan bagi angkatan 18 khususnya, dan UKSA-387 pada umumnya untuk menambah pengalaman dalam berorganisasi dan membuat acara besar seperti Seminar Nasional ini. Info lebih lanjut, hubungi Contact Person yang tertera pada pamflet di bawah ini :



UKSA... UKSA... UKSA... 3... 8... 7...

Rabu, 22 September 2010

Bagaimana kita belajar filsafat?

Anggaplah filsafat bukan barang suci yang disakralkan. Ia hanya pemikiran biasa dari orang biasa yang bisa kita gugat, dipertanyakan ulang.

“Jika orang menginginkan suatu filsaat sebagai suatu sistem prinsip-prinsip yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang kebenarannya sangat pasti, maka hal itu adalah sesuatu yang mustahil” (Ubbink)

Filsafa tbukan pemikiran yang selesai, ia bahkan selalu menyisakan pertanyaan baru yang membuat kita dipaksa terlibat, yakinlah bahwa di dalam filsafat, kita –jarang atau– tidak pernah mendapatkan pemecahan-pemecahan yang tuntas atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

1. Filsafat adalah pemikiran yang mengundang kita untuk selalu terlibat langsung. Banyak sekali filsafat yang maksudnya agar kita meneruskan apa yang telah dimulainya. Dengan demikian jangan sungkan-sungkan untuk tidak sependapat, tuliskan pendapat dan sanggahan anda, ujilah kebenaran yang dikemukakan oleh filsuf-filsuf itu. Alfred Ayer pernah menyarankan untuk menjadikan pemikiran seseorang sebagai bahan latihan berfilsafat. Ayer menyatakan, “…..ajukan pendapat-pendapat yang sudah tetap itu, sebaga ibahan diskusi; mencari standar-standar dan mengujinilai-nilainya; apa asumsi-asumsi itu masih berlaku.” Dengan cara ini kita terlibat, juga kehidupan nyata kita.

2. Agar bisa menguji dengan baik, kita juga jika perlu harus menunda apa yang semula kita yakini. Dengan cara ini, kita tidak berperang sendirian. Jika dalam pikiran kita masih ada keyakinan lama dan itu dijadikan ukuran, kita tak akan menemukan mutiara yang ditawarkan orang lain. Rasakan dulu tanpa prasangka, baru setelah itu dibandingkan. Serentak dalam perbandingan itu, kita telah melakukan pengujian secara tidak langsung.

3. Seorang pembelajar filsafat tidak pernah merasa benar sendiri, telah benar dan tak mungkin salah.
“Tidak ada yang kurang pantas bagi seorang filsuf selain daripada mau benar sendiri dalam diskusi dan dalam berargumentasi. Mereka benar sendiri – sampai bentuk refleksi logisnya yang paling halus—adalah pengungkapan “jiwa mempertahankan diri”, yang justru menjadi tujuan seorang filsuf untuk menghapuskannya…” (Theodor W. Adorno)

Selasa, 21 September 2010

Porifera



Sejarah dan asal usul

Filum porifera telah ada di laut sejak jaman prokambium sekitar 600 juta tahun yang lalu, berdasarkan cacatan fosil.
Asal usul hewan porifera mengisyaratkan hewan ini merupakan turunan dari koloni protozoa jenis 'choanoflagellata'.

'Hewan spons' itulah sebutan untuk filum porifera, disebabkan seluruh permukaan tubuh hewan ini lobang-lubang kecil (pori). Porifera merupakan hewan yang paling sederhana dari organisme multiseluler dan sebagian besar hidup di laut. Saat ini telah ditemukan 5000 - 10.000 species, dan hanya 150 species yang hidup di air tawar, umumnya hewan ini sebagai bentik di perairan.

Struktur dan fungsi tubuh

Tubuh hewan porifera tersusun atas sel-sel khusus tetapi tidak memiliki jaringan (parazoa), dengan struktur tubuh sebagai berikut:
~ Tergolong hewan asimetri
~ Tubuh terdiri atas lubang-lubang halus/pori yang disebut ostium (jamak: ostia) sebagai...tempat sirkulasi air.
~ Oskulum, merupakan lubang besar di bagian atas tubuh, sebagai tempat keluarnya air dan...zat-zat sisa tubuh
~ Spongocoel, adalah rongga tubuh porifera
 ~ Hanya mempunyai 2 lapisan sel (ekstoderm dan endoderm) yang dipisahkan subtansi...berbentuk jeli atau gelatin yang disebut mesohil atau mesoglea.
~ Lapisan ektoderm disusun oleh selapis sel-sel yang berbentuk pipih (sel pinakosit).
~ Lapisan dalam endoderm disusun oleh sel-sel berflagel yang disebut sel koanosit atau sel...leher, yang melapisi bagian dalam dari rongga tubuh (spongocoel).
~ Flagel dari sel-sel koanosit bergetar dan menarik air yang berisi air dan oksigen untuk...masuk kebagian leher sel.
~ Sistem aliran air pada porifera adalah sebagai berikut: Ostium --> porosit --> spongocoel -->...osculum
~ Mesohil merupakan lapisan gelatin yang tersusun atas sel-sel amoebosit yang dapat bergerak mengambil makanan dari sel koanosit dan mendistribusikannya ke seluruh bagiann tubuh porifera. sel-sel amoebosit juga mengangkut karbondioksida dan zat sisa keluar dari tubuh porifera.
~ Selain sel amoebosit, dalam mesohil juga terdapat spikula yang berperan sebagai rangka tubuh porifera.
~ Jenis apikula yang menyusun tubuh porifera ada yang tersusun atas serabut spongin, calsium dan silika.
~ Spongin merupakan jaringan serabut sederhana, terbuat dari serat protein membentuk rangka spongin
~ Spikula jenis lain berbentuk kecil, berbentuk duri atau bintang biasanya terbuat dari calsium dan silika.

Makanan

Porifera mengambil makanan dengan cara menyaring makanan yang terlarut dalam air.
Flagel menarik bakteri, protozoa dan alga yang melekat pada leher dari sel koanosit, kemudian dicerna dalam sel koanosit.
Sel amoebosit mengambil hasil pencernaan yang dilakukan oleh koanosit untuk di edarkan ke seluruh tubuh.
Kelebihan air dan makanan dikeluarkan melalui lubang oskulum.
 

Reproduksi


 Reproduksi aseksual



Reproduksi aseksual dari porifera adalah dengan menggunakan:
~ Kuncup luar, yang terlepas dari induknya dan membentuk porifera baru, atau tetap tingga berdekatan dengan induknya membentuk koloni.
 ~ Gemulae merupakan tunas dalam, terbentuk ketika porifera berada pada lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin. Tunas ini merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap kondisi buruk. Gemulae akan lepas dari induknya jika kondisi lingungan mulai membaik dan membentuk poriera baru.
 ~ Regenerasi, merupakan bentuk lain reproduksi aseksual porifera. Potongan tubuh porifera dapat tumbuh menjadi porifera baru.

Porifera merupakan hewan hermaprodit (menghasilkan sperma dan ovum), walaupun demikian tidak dapat mebuahi sendiri tapi melalui proses pertukaran sperma.
Zigot hasil fertilisasi akan tumbuh menjadi larva bersilia yang disebut planula, yang akhirnya menetap di dasar, menempel untuk berkembang menjadi porifera dewasa.

Klasifikasi

Berdasarkan jenis bahan dasar spikulanya porifera dikelompokkan atas:
1. Calcarea, merupakan porifera berkapur dengan spikula terbuat dari calsium carbonat
2. Hexactinelida, termasuk porifera kaca dan keranjang bola pinus dengan spikula terbuka dari silika
3. Demospongia, termasuk porifera suling dan porifera spons, spikula terbuat dari hanya dari spongin atau spongin bercampur dengan silika.
 
Berdasarkan tipe saluran airnya, porifera dikelompokkan atas:
1. tipe ascon
2. tipe sycon
3. tipa leucon atau rhagon

Penjelasan lebih lanjut tentang klasifikasi Porifera:

A. Berdasarkan jenis bahan dasar spikula:

1. Kelas Calcarea

a. Rangkanya berspikula kapur
b. Koanositnya besar
c. Biasanya hidup di laut dangkal
Contoh-contoh dari kelas ini adalah Scypha, Leucosolenia, Cerantia, Ceranthrina, dan Sycon gelatinosum

2. Kelas Hexactinellida


a. Rangkanya berspikula kersik


b. Kebanyakan hidup di laut dalam
Contoh-contohnya : Euplectella, Hyalonema, Pheronema

3. Kelas Demospongia

a. Umumnya tidak berangka, yang berangka rangkanya terdiri dari zat kersik atau spongin atau campuran keduanya.

b. Hewan ini dimanfaatkan sebagai bahan industry spon




c. Ada species yang tidak dapat bergerak


d. Hidup di laut dangkal
Contoh-contohnya : Euspongia mollisima, Hypospongia equine, Haliclona, spongilla corteri

B. Berdasarkan tipe saluran airnya:

1. Askon, tipe ini adalah tipe paling sederhana.bentuk porifera seperti jambangan bunga. Air yang masuk melewati saluran yang langsung terhubung dengan spongosol lalu keluar melalui oskulum. Saluran ini pendek dan tidak memiliki cabang maupun lekuk-lekuk. Contoh :Leucosolenia sp.

2. Sikon, tipe ini air yang melalui ostium kemudian masuk ke spongosol melalui saluran yang bercabang-cabang. Setelah itu air akan keluar melalui oskulum. Tipe ini dimiliki oleh Scypha


3. Leukon (ragon), tipe ini adalah tipe yang paling kompleks. Air masuk melalui ostium menuju ke rongga-rongga bulat yang saling berhubungan. Dari rongga ini barulah mengalir menuju spongosol dan keluar melalui oskulum



SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAFASAN

Porifera memakan zat-zat organic dan organism-organisme kecil seperti plankton. Makanannya dicerna secara intrasel oleh sel-sel koanosit. Di dalam sel, makanan dicerna oleh vakuola makanan, kemudian diteruskan oleh sel amebosit dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan sisa makanan diteruskan ke spongosol kemudian dikeluarkan melaluioskulum.


Sistem pernafasan yang dimilikipun sangat sederhana. Oksigen diambil langsung dari air oleh
 sel-sel koanosit secara absorpsi. Karbondioksida hasil pernafasan dikeluarkan langsung dari dalam sel ke lingkungan.

Rabu, 25 Agustus 2010

Ratapan di Ladang

Saat matahari terbit, tepat sebelum sang Surya menyembul dari balik cahaya fajar, aku duduk di tengah ladang bersatu dengan alam. Di menit yang penuh dengan kemurnian dan keindahan, tatkala manusia masih berbaring terbungkus selimut-kadang bermimpi dan kadang terbangun-aku membaringkan kepala di rerumputan, bertanya pada apa yang kulihat demi menerangkan realita keindahan dan bertanya pada apa yang terlihat untuk memberi tahu keindahan realita.
Bilamana aku memiliki konsep yang berbeda dari orang lain dan mencoba mengusir ilusiku dengan membebaskan sisi spiritualku dari berbagai masalah, aku menjadi sadar bahwa jiwaku mulai berkembang dan alam telah mengajarku akan rahasia yang terdalam dan membuatku memahami berbagai bahasa penghuninya.
Sementara aku berada di atas tahtanya, angin sepoi-sepoi berhembus, menyapu dahan-dahan pohon-desah nafas seorang yatim piatu yang putus asa. Aku bertanya untuk mencari tahu, “Angin yang lembut, mengapa engkau mendesah?”
Ia pun menjawab, “Sebab saat aku pergi ke Kota, tertarik oleh kehangatan sinar Mentari, penyakit menempel di bajuku dan nafas beracun milik orang-orang melekat padaku. Itulah sebab kau melihatku bersedih.”
Lalu aku berbalik kepada bunga-bunga dan mendapati tetesan embun jatuh menjadi airmata.
Salah satu dari mereka mengankat kepalanya yang anggun dan berkata, “Kami menangis karena Manusia akan datang, memotong kami tepat di leher, membawa kami ke Kota kemudian menjual kami serupa budak walau kami adalah makhluk bebas. Bila malam tiba dan kami mulai layu, ia akan mencampakkan kami ke tanah. Bagaimana kami tiada menangis manakala tangan-tangan kejam manusia akan mengambil kami dari ladang yang merupakan rumah kami?”
Selang beberapa saat, kudengar air meratap layaknya seorang ibu yang dipisahkan dari anaknya.
“Air yang manis,” tanyaku, “mengapa engkau meratap?”
“Sebab aku pergi dengan enggan ke Kota,” jawabnya, “di mana Manusia akan mendepakku. Mereka lebih suka minum jus anggur daripada meminumku. Aku hanya dijadikan pembersih kotoran mereka saja. Bagaimana aku tidak menangis jika lama-kelamaan kemurnianku akan tercemar?”
Kemudian aku dengar burung bersenandung pujian sedih menandakan kedukaan.
“Burung nan indah, mengapa engkau berduka?” tanyaku.
Seekor burung gereja bertengger di dekatku di ujung sebuah dahan dan berkata, “Sebentar lagi anak Adam akan datang sembari membawa alat-alat kejam demi membunuh kami laksana sabit akan memotong rumput. Masing-masing dari kami telah bersiap untuk mengucapkan salam perpisahan, sebab tak satupun dari kami tahu siapa yang akan lolos atas lingkaran nasib. Bagaimana kami tiada berduka jika kematian mengikuti kemanapun kami pergi?”
Sang Surya terbit dari balik gunung, memahkotai pucuk-pucuk pohon dengan sinar keemasan. Aku bertanya kepada diriku sendiri, “Mengapa Manusia menghancurkan apa yang telah dibangun oleh alam?”

Senin, 23 Agustus 2010

Ingat Kematian

Ingatlah kematian itu
dari detik ke detik
dan dari saat ke saat

Justru itu Allah tidak janjikan kematian kita
di waktu tua

Begitu juga Allah tidak janjikan kematian kita
disebabkan sakit
tidak pun sakit pun boleh mati juga

Oleh itu jangan senang hati
kematian pasti kan berlaku
tunggulah kematian dari nafas ke nafas
agar kita tidak angan-angan melalaikan

Ingatlah sentiasa Tuhan setiap waktu
karena kematian kita tidak tahu

Ingatlah mati di dalam sebarang hal
agar kita sentiasa gentar dengan Tuhan

Oleh itu bersiap sedialah usahakan iman dan taqwa
sebagai bekalan menuju akhirat yang kekal abadi

Hidup di dunia hanya sekali
bila pergi tak akan kembali
tersilap di dunia padahnya diterima di sana.

Mengapa kita belum pun menambah amalan
sedangkan umur makin lama berkurangan
apabila sudah sampai ke sempadan akan menyesal

Oleh itu bersiap sedialah usahakan iman dan taqwa
sebagai bekalan menuju akhirat yang kekal abadi

Hidup di dunia hanya sekali
bila pergi tak akan kembali
tersilap di dunia padahnya diterima di sana

Sebungkus Mie Instan

Kamis pagi, 9 Januari 1992, kira – kira jam 05.30 WIB., lahirlah seorang anak yang lucu, gemuk, dan sehat. Setidaknya menurut bapak dan ibunya. Itulah aku. Pria bertahi lalat dua di hidung, satu di pipi sebelah kiri, dan masih banyak lagi di bagian tubuhku yang lain. Masa aku harus sebutkan semuanya?.

Namaku Aldi. Aldi al-Fajri lengkapnya. Dulu, sebelum nama belakangku diganti oleh bapakku. Nama Aldi al-Fajri mempunyai makna “anak laki – laki Akhmadi (nama bapakku) yang lahir saat terbit fajar”. Karena aku lahir ketika fajar terbit.

Tahukah kau kawan mengapa namaku diganti?. Mungkin ini sedikit konyol. Setidaknya menurutku. Itu berawal ketika aku berumur sekitar 4 tahun. Ketika itu aku dan keluarga beserta tetangga – tetanggaku pergi berlibur ke Tanjung Pasir, sebuah pantai di utara Kabupaten Tangerang. Pantai yang tidak terlalu bersih sebenarnya. Tapi bagi kami yang notabene orang kampung, di manapun tempatnya akan jadi indah jika pergi ramai – ramai dengan para kerabat dekat.

Aku pun kurang ingat dengan kejadian waktu itu. Apalagi waktu itu aku masih anak – anak yang belum tahu apa – apa. Yang aku ingat adalah ketika aku sedang bermain pasir di pantai, aku melihat bapakku sedang mengobrol dengan seorang laki – laki paruh baya yang kira – kira berumur lebih dari enam puluh tahun. Mereka terlihat sangat akrab, padahal setahu aku bapak belum kenal dengan orang itu. Tapi aku yang memang tidak peduli dengan hal – hal yang memang tidak penting bagi anak – anak seperti aku. Setidaknya ketika itu.

Beberapa hari setelah pulang dari Tanjung Pasir yang kurang bersih itu, aku di ajak ngobrol oleh mamah dan bapakku. Apakah kau merasa aneh kawan dengan sebutan pasangan orang tua antara mamah dengan bapak?. Itu tidak penting. Kembali lagi, waktu itu aku di ajak ngobrol yang sepertinya obrolan itu agak serius. Tahukah kawan apa yang bapakku bicarakan? Ia berkata bahwa namaku harus diganti. Dan tahukah kawan apa sebabnya?. Sebabnya adalah aku akan menjadi anak yang nakal pada saat beranjak dewasa jika namaku masih Aldi Al-Fajri. Itulah hasil pembicaraan antara bapakku dengan orang tua yang sebelumnya tidak dikenal oleh bapakku waktu di pantai itu. Bapak bilang bahwa si orang tua itu sudah mengenal aku sejak lahir. Aku yang waktu itu masih belum mengerti apa artinya nama hanya bisa mengikuti kemauan bapakku yang sebenarnya tidak merugikan apalagi menguntungkan bagi diriku.

Bermodalkan nasi kuning buatan mamahku, serta sebuah hadiah dari bapakku serta iringan do’a tulus dari kedua orang tuaku agar aku menjadi anak yang lebih baik dan berguna, setidaknya bagi mereka, terlebih bagi agama dan bangsa, digantilah namaku menjadi Aldi Nuary, yang sampai saat ini masih ku kenakan sebagai identitasku. Oh iya, hampir lupa aku. Mau tahukah kau kawan tahu apa hadiah yang diberikan oleh bapakku itu?. Sebungkus mie instant rasa goreng yang bermerek Mi Duo. Keren bukan?. Ayahku memberi itu dengan alasan bahwa mie goreng adalah makanan kesukaanku. That’s the unforgettable forgiveness in my life. Terima kasih bapak, mamah. Aku akan menjaga nama baik ini demi kalian, demi keluarga kita.

Bagaimana kita belajar filsafat?

Anggaplah filsafat bukan barang suci yang disakralkan. Ia hanya pemikiran biasa dari orang biasa yang bisa kita gugat, dipertanyakan ulang.

“Jika orang menginginkan suatu filsaat sebagai suatu sistem prinsip-prinsip yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang kebenarannya sangat pasti, maka hal itu adalah sesuatu yang mustahil” (Ubbink)

Filsafat bukan pemikiran yang selesai, ia bahkan selalu menyisakan pertanyaan baru yang membuat kita dipaksa terlibat, yakinlah bahwa di dalam filsafat, kita –jarang atau– tidak pernah mendapatkan pemecahan-pemecahan yang tuntas atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

1. Filsafat adalah pemikiran yang mengundang kita untuk selalu terlibat langsung. Banyak sekali filsafat yang maksudnya agar kita meneruskan apa yang telah dimulainya. Dengan demikian jangan sungkan-sungkan untuk tidak sependapat, tuliskan pendapat dan sanggahan anda, ujilah kebenaran yang dikemukakan oleh filsuf-filsuf itu. Alfred Ayer pernah menyarankan untuk menjadikan pemikiran seseorang sebagai bahan latihan berfilsafat. Ayer menyatakan, “…..ajukan pendapat-pendapat yang sudah tetap itu, sebagai bahan diskusi; mencari standar-standar dan menguji nilai-nilainya; apa asumsi-asumsi itu masih berlaku.” Dengan cara ini kita terlibat, juga kehidupan nyata kita.

2. Agar bisa menguji dengan baik, kita juga jika perlu harus menunda apa yang semula kita yakini. Dengan cara ini, kita tidak berperang sendirian. Jika dalam pikiran kita masih ada keyakinan lama dan itu dijadikan ukuran, kita tak akan menemukan mutiara yang ditawarkan orang lain. Rasakan dulu tanpa prasangka, baru setelah itu dibandingkan. Serentak dalam perbandingan itu, kita telah melakukan pengujian secara tidak langsung.

3. Seorang pembelajar filsafat tidak pernah merasa benar sendiri, telah benar dan tak mungkin salah.
“Tidak ada yang kurang pantas bagi seorang filsuf selain daripada mau benar sendiri dalam diskusi dan dalam berargumentasi. Mereka benar sendiri – sampai bentuk refleksi logisnya yang paling halus—adalah pengungkapan “jiwa mempertahankan diri”, yang justru menjadi tujuan seorang filsuf untuk menghapuskannya…” (Theodor W. Adorno)

Nakhoda Kapal





Pada suatu hari terjadi perdebatan pendapat antara para tahanan. Mereka berbeda pendapat mengenai madzhab dalam ilmu fikih. Mereka masing-masing berpendapat bahwa madzhabnyalah yang paling benar dibandingkan dengan madzhab lain. Karena masing-masing mempertahankan pendapatnya, maka suasana penjara pun menjadi ramai.
"Ramai sekali suara kalian. Ada apa?" ujar bujang yang baru bangun dari tidurnya.
"Kami sedang memperdebatkan madzhab fikih," jawab Kumar.
"Hai,Bujang. Bukankah mazdhab Hanafi merupakan madzhab yang paling benar?"tanya Polong tiba-tiba.
"Madzhab Syafi'i yang paling benar,' ujar tahanan lain.
"Tenang kalian semua. Aku ingin bertanya kepada kalian!"perintah Bujang hingga para tahanan pun terdiam. "Apakah dalam madzhab kalian diperintahkan untuk menyekutukan Allah?" tanya Bujang.
"Tidak, tidak," jawab para tahanan.
"Apakah dalam madzhab kalian diperintahkan untuk mengingkari Rasulullah?"tanya Bujang lagi.
"Tidak. Tidak ada perintah itu," jawab para tahanan.
"Apakah dalam madzhab kalian diperintahkan melakukan hal-hal yang dilarang Allah dan Rasul-Nya?" tanya Bujang sambil membetulkan letak kopiahnya.
"Tidak, kami tidak menemukan perintah itu," jawab para tahanan lagi.
"Lalu, mengapa kalian saling menyalahkan satu sama lain. Bukankah Allah telah berfirman bahwa kebenaran berasal dari Tuhanmu. Apakah kalian sudah merasa lebih benar dari Allah sehingga menyalahkan saudara kalian?" tanya Bujang tegas.
Para tahanan terhentak mendengar pertanyaan Bujang tersebut. Mereka tidak menyangka bahwa sikap mereka yang merasa benar sendiri itu bisa berdampak lahirnya rasa sombong terhadap Allah. Padahal kebenaran itu berasal dari-Nya. Setelah terdiam sejenak, mereka dengan kesadaran sendiri saling bersalaman. Tentu saja hal ini sangat menggembirakan Bujang. Tetapi, tiba-tiba saja Bujang melihat Fudul yang duduk seorang diri di pojok sel.
"Hai, Fudul. Mengapa kau tidak bergabung dengan kami?" tanya Bujang setelah berada di hadapan Fudul.
"Aku tidak sama dengan mereka, Bujang."
"Tidak sama. Apa maksudmu?" tanya Bujang heran.
"Maksudku, aku tidak menganut sebuah madzhab pun."
"Lho, mengapa kau tidak mengikuti sebuah madzhab pun? Apakah ilmu agamamu sudah melebihi para imam itu?" tanya Bujang.
"Tidak.'
"Lalu, mengapa kau tidak mengikuti mereka?"
"Aku belum mengenal keempat orang imam itu, Bujang. Kalau aku belum mengenal mereka, bagaimana aku yakin bahwa mereka dalam kebenaran?"tanya Fudul sambil menghembuskan nafasnya.
"Apa usahamu untuk mengenal mereka?"
"Tidak ada."
"Tidak ada? Bagaimana kau dapat mengetahui apakah mereka berada dalam kebenaran atau tidak jika kau sendiri tidak berusaha mengenal merekamelalui karya-karyanya?" tanya Bujang heran.
Fudul hanya terdiam. Ia menghembuskan nafasnya perlahan.
"Fudul, apakah kau pernah naik kapal layar?" tanya Bujang tiba-tiba.
"Pernah.Bahkan, aku pernah berlayar ke Malaka dan Barus."
"Apakah kau mengenal nakhoda kapalnya?"
"Tidak."
"Aneh. Kau tidak mengenal nakhoda kapal itu, tapi kau tidak meragukan kemampuannya. Bagaimana kau bisa yakin bahwa nakhoda itu akan membawamu berlayar dengan selamat?" tanya Bujang lagi dengan keheranan.
"Ini hal lain. Tidak ada hubungannya dengan masalah madzhab," ujarFudul.
"Ya, Fudul. Ulama itu bagaikan nakhoda, dan ilmunya itu bagaikan kapal. Nakhoda dan kapal adalah dua hal yang saling berkaitan. Jika kapalnya sudah memenuhi syarat untuk berlayar, niscaya nakhodanya adalah orang yang memperhatikan keselamatan penumpangnya. Tetapi, jika kapalnya banyak kekurangan, niscaya nakhoda itu kurang memperhatikan keselamatan penumpangnya," nasihat Bujang kepada Fudul yang masihterdiam.
Sejaksaat itu Bujang berusaha memberikan pengetahuan agama kepada teman-temannya. Pada awalnya peserta taklim sedikit, tapi lama-kelamaan pesertanya semakin banyak. Hal itu dikarenakan metode pengajaran Bujang yang penuh keakraban membuat mereka tidak sungkan untuk bertanya. Akibatnya, keakraban di antara para tahanan pun ikut tercipta karena mereka biasa melihat keakraban yang ditunjukkan Bujang. Sehingga suasana penjara yang dulunya selalu diwarnai dengan kekerasan kelompok yang kuat kepada kelompok yang lemah, kini tidak tampak lagi. Mereka telah disatukan oleh suatu kesadaran bahwa mereka bersaudara dalam keimanan kepada Allah Subhanallahu wa Ta'ala.

Harusnya Gini !!!

Jangan sombong, jangan pengecut, jangan penakut, jangan pamer, jangan minder, harus pede, ga boleh emosian, berfikir kritis, kreatif,inovatif, tenang, jangan males, harus rajin belajar, ibadah lebih khusyuk, ikhlash, hormat sama orang tua, menyayangi yang muda, penuh dedikasi, memihak kepada kebaikan dan kebenaran, tinggalkan yang ragu-ragu, tingkatkan keimanan, ketaqwaan, jadi setter, bukan follower,hargai waktu, jangan pesimis, harus optimis, harus bersyukur, jangan kufur, jangan pelit, inget solat, shodaqoh, dzikir, jadi contoh yang baik, bermanfaat, inget mati, bekerja keras, juga cerdas, gigih, tidak gampang menyerah, pembawa keamanan, ketentraman, kenyamanan dimana pun berada, jaga bicara, lebih banyak mendengar, jangan terburu-buru membuat kesimpulan, jangan ngomongin orang, positive thinking and feeling, jaga kesehatan, baik jasmani maupun rohani, berfikir panjang,think global act local, cinta lingkungan, konservatif, kontstruktif,tidak destruktif, kontribusif, jangan maruk, tahan hawa nafsu, jangan berlebihan, tinggalkan perbuatan makruh, apalagi haram, tingkatkan yang sunnah, apalagi yang wajib, jangan ceroboh, jangan tergesa-gesa, jangan teledor, perbanyak teman, kalo bisa yang dunia akhirat, jangan melampaui batas, perbanyak membaca, terutama tentang agama, khususnya al-Qur'an, jangan malu bertanya, walaupun sama yang muda, belajar dari segala hal, jangan ngelakuin kesalahan dan dosa yang sama, banyak istighfar, tasbih, tahmid, takbir, apalagi Laa ilaaha illallaah, hidup sehat, makan dan istirahat teratur, pikiran jangan ngelantur, jangan selalu lihat akibat, tapi lihat sebabnya, idealis, tapi agamis, boleh lah sedikit melankolis,