Minggu, 28 November 2010

Namanya Nabila...

Namaku Bahr al-Ummah. Ketika SD aku bersekolah di SDN Rumpak-Sinang. Nama SD ku disesuaian dengan kampung dimana SD itu berada. Rumpak-Sinang. Aku  Biasa dipanggil Al. Tapi teman SD ku memanggilku dengan nama Edoy. Karena ketika SD, aku dan teman-temanku memiliki masing-masing nama samaran. Aku pun lupa mengapa aku memilih nama Edoy. Tapi yang jelas aku merasa sangat senang waktu itu. Karena banyak nama di sinetron memakai nama Edoy.

Setiap hari aku berangkat ke sekolah naik sepeda. Jarak dari rumah ke sekolahku kira-kira 4 km lebih. aku biasa berangkat dari rumah jam setengah 7. Karena perjalanan dari rumah ke sekolah kiira-kira stengah jam lebih, dan aku masuk jam setengah 8. Tak jarang aku terlambat sampai ke sekolah. Karena jalan yang aku lewati waktu itu masih tanah. Jadi, ban sepedaku sering macet karena dipenuhi oleh tanah. Karenanya, aku harus membersihkan tanah dari ban ku itu agar sepedaku bisa berjalan kembali. Dan itu cukup memakan waktu.

                                               ***

Ketika itu aku masih duduk di kelas empat SD. Siang itu aku baru pulang sekolah. Setelah aku telah seselai menaruh segala atribut sekolahku, aku langsung bergegas untuk main. Kebetulan waktu itu aku sudah ada janji dengan teman rumahku untuk main PS di rental. Ya sudah, aku langsung berangkat dengan sepeda kuning wim cycle dengan harga Rp650.000 kesayanganku.

Ternyata temanku sudah menunggu di rental PS. Ali namanya. Padahal nama panjangnya adalah Ilham Prasetyo, tapi  aku pun tidak tahu mengapa dia dipanggil Ali, aku pun tak pernah bertanya tentang hal itu kepadanya. Ah, ya sudah lupakan saja hal itu.

Kami langsung masuk ke dalam rental. Kebetulan ada yang kosong, jadi kami tak perlu menunggu. Kami bermain dua jam. Seperti biasa, kami game bola. Walaupun aku selalu kalah jika main dengan Ali, tapi tetap saja aku mau jika diajak main PS olehnya. Karena saat main PS lah aku serasa menjadi seorang manajer bagi klub bola kesayanganku. Liverpool FC.

Ketika kami sedang asyik main. Eh, mungkin hanya Ali yang merasa asyik main. Karena sejak pertama main dia terus yang menang. Ketika itu aku sedang melihat-lihat keluar. Tidak sengaja mataku tertuju pada seorang gadis berparas sangat cantik, berambut hitam panjang, berkaos ungu muda, dan bercelana pendek sedikit melewati lutut. Aku langsung terpesona melihatnya. Degup jantungku langsung berdebar kencang. Aku merasa hal itu merupakan obat peneduh hatiku yang kesal akibat kekalahan berturut-turut oleh si Ali sebelumnya. Tapi ada yang membuat kesenanganku terasa tidak sempurna. Saat itu dia sedang bermain dengan seorang laki-laki seumuran dengannya yang berarti seumuran juga denganku. Mereka tertawa, gembira. Membuat aku iri. Tapi aku tak peduli. Ini adalah kali pertama dalam hidupku merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Bayangkan. Kelas empat SD.

Setelah beberapa lama, si gadis tadi pulang ke rumahnya.Ternyata rumah gadis itu di depan empat rumah ke samping kiri dari rental PS. Sepulang dari rental, aku tak henti membayangkan setiap gerakan gadis yang sudah membuat hatiku berdebar tak menentu ini. Aku merasa semua menjadi indah. Aku sering tersenyum sendiri. Bertanya dalam hati siapakah gerangan dirinya. Dimanakah sekolahnya. Kalau sekarang persis dengan lirik lagu netral yang seperti ini:
                                                                
                  Cinta memang gila, Gak kenal permisi
                  Bila disengatnya, Say no to compromi

                                           ***

Setelah kejadian itu, aku jadi rajin mengajak Ali untuk main di rental PS dekat rumah gadis itu. Tidak perduli rasa kesalnya jadi pecundang karena selalu kalah. Bagiku, rasa cintaku mengalahkan semua rasa kesalku itu. Ketika disuruh pergi ke pasar oleh ibuku untuk membeli sesuatu pun aku selalu melewati jalan rumahnya dengan harapan bisa bertemu dengannya. Padahal jalan biasa dua kali lebih dekat dari jalan rumahnya menuju pasar.  Sekali lagi Aku tidak peduli. Karena aku sering lewat rumahnya itu, aku jadi tahu siapa namanya. Karena di jendela depan rumahnya ada gatungan berbentuk hati bertuliskan nama Nabila. Setelah berjalannya waktu, akhirnya aku juga tahu bahwa dia adalah teman satu sekolah dengan Ali. Bodohnya. Aku tak pernah berani bertanya tentang Nabila kepada Ali. Karena saat itu keberanianku sangat kecil dibandingkan rasa cintaku.

Dia adalah orang yang pertama kali mengajarkan kepadaku bagaimana rasanya jatuh cinta. Secara tersirat, dia juga mengajarkanku bahwa kita takkan pernah tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangan. Terima kasih Nabila, atas semua pengajaran yang telah engkau berikan kepadaku baik secara langsung, maupun tidak.

Aku akan belajar membiaskan rasa cintaku kepadamu secara perlahan. Sedikit demi sedikit. Seperti dulu. Di saat aku masih lugu. Mungkin semua ini kan cepat berakhir, semoga semua ini adalah persinggahan sementara mimpimu. Mudah-mudahan rasa itu akan kembali di saat kita bertemu dalam keadaan yang lebih baik. Baik aku maupun kau. Karena aku ingin menjadi yang halal bagimu nantinya. Terbanglah kau bersama siapapun, tapi pastikanlah kau akan kembali kepadaku.

Jumat, 19 November 2010

Ketidakwarasan Padaku

Ketidakwarasan Padaku
Membuat Bayangmu Slalu Ada
Menentramkan Malamku
Mendamaikan Tidurku

Ketidakwarsan Padaku
Membuat Hidupku Lebih Tenang
Aku Takkan Sadari
Bahwa Kau Tak Lagi Di Sini

Aku Mulai Nyaman
Berbicara Pada Dinding Kamar
Aku Takkan Tenang
Saat Sehatku Datang

Ketidakwarasan Padaku
Slimut Tebal Hati Rapuhku
Berkah Atau Kutukan
Namamu Yang Ku Sebut

Aku Mulai Nyaman
Berbicara Pada Dinding Kamar
Aku Takkan Tenang
Saat Sehatku Datang

Suara Hati Takkan Mati
Jika Jiwa Terus Menari Dan Bermimpi